arrow_back

86: The Drama

arrow_forward

Enam tahun berlalu sejak penemuan markas organisasi kejahatan serta mayat Dimas yang masih misterius siapa pelakunya karena satu-satunya jejak hanyalah jasad Dimas itu sendiri.

Ahmad Firdaus dan Muhammad Faisal yang merupakan alumni MA Sukamawar, sekaligus dari Akademi Kepolisian ditugaskan dalam Satuan Samapta Bhayangkara Kepolisian Resor Kota Cahaya yang cukup jauh dari kota asal mereka. Mereka dipilih oleh Polresta Cahaya yang anggotanya kebanyakan pindahan dari Polresta Sukamawar.

Kota Cahaya sendiri hanyalah baru selesai pembangunannya, namun sang gubernur ingin memastikan kemajuannya dan berencana memindahkan ibukota provinsi itu yang dulunya di Sukamawar.

Para polisi berkumpul di kantor mereka. “Tidak disangka kita akan bertemu dan berkumpul lagi di sini. Bukan begitu?” tanya Muhammad Faisal yang berpangkat Brigadir Polisi Kepala, menyapa seseorang.

“Ya. Meski kita telah menjadi teman yang cukup baik. “ Ahmad Firdaus yang berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua mengangguk.

Di saat itulah Ajun Komisaris Polisi Marwan, yang sekarang menjadi anggota teratas di Satuan Reserse Kriminal mendekatinya. “Wah, tidak kusangka aku bisa bertemu lagi denganmu, bahkan bekerja sama,” ucapnya.

“Kalian saling kenal?” tanya Faisal.

“Tidak, kami hanya pernah bertemu saat liburan akhir semester setelah kenaikan kelas sekaligus perpisahan di tahun 2020,” jawab Firdaus. “Oh ya, Faisal. Sebelum bertemu di sini, aku juga melihatmu berbicara dengan AKP Nara.”

“Ya, aku bertemu beliau sepertinya sudah dua kali beberapa tahun lalu. Jadi, sekali memiliki kesempatan untuk bertemu lagi, aku langsung menyapa beliau.” Faisal memandang Iptu Nara. “Jika ada orang yang tahu kita mengenal mereka, mungkin berpikir bahwa kita menggunakan kekuatan orang dalam,” celetuk Faisal seraya tertawa kecil.

“Tidak juga. Kita malah membuktikan bahwa janji telah ditepati. Terutama janjiku kepada diri sendiri.”

Komentar