arrow_back

Cantaloupe

arrow_forward

Derasnya aliran air sungai tidak akan membuat para pencari berhenti. Mereka akan menarik napas dalam-dalam demi menyelami lautan semu.

“Apa yang mereka cari?” Engkau mungkin bertanya-tanya.

Di balik genangan pasir yang menumpuk di dasar sana, terdapat kilauan yang menyenangkan bagi mata. Terhitunglah setiap toko yang sudah bersedia untuk menjualnya.

Mungkin tempat itu tidaklah sedalam samudera. Akan tetapi, tetap kelam di bawah sana. Namun, apa yang mereka akan temui seakan bentuk cinta dari dunia.

Keyakinan kepada Sang Pencipta tertanam bak kesucian. Demikianlah yang dipasang oleh hati para pencari perhiasan itu.

Siapa yang mengetahui kepastian adanya mutiara di bawah sana, sedangkan sang tiram dapat memangsa kapan saja?

Bagaimana jika mereka terjebak di sana? Dinginnya air sudah niscaya. Kegelapan menutup segalanya, bahkan hayat makhluk yang sudah sampai ketentuan.

Petunjuk dari Sang Maha Pemberi ialah hal yang akan engkau sering minta. Demikian harapan inti untuk permulaannya.

Dengan bantuan dari Yang Maha Kuasa pula, engkau dapat melalui segala. Tidak usah lagi berangan yang memang tidak akan terjadi di dunia nyata. Engkaulah yang akan menyalurkan kasih dari-Nya, walau Dia sudah memberikan kepada seluruh alam semesta.

Ada dua orang pertama yang akan menerima rasa mulia itu. Kedua orang yang menjadi perantara keberadaan diri di dunia. Orang yang menjadi perantara pula oleh perawatan dari Sang Maha Halus.

Ampunan dari Maha Penyayang menjadi akhiran. Walaupun kian banyak permohonan yang digaungkan. Ampunan menjadi utama agar tiada lagi dihantui kekhilafan di masa silam. Agar tiada lagi kesalahan yang akan membuat diri menjadi tersiksa.

Akhirnya, sang manusia menuliskan kalimat pamungkas pada lembaran tersebut.

“Jadilah manusia berharga.”

Komentar