Ergodotis berlari menuju kudanya. “Raja kita akan mengadakan perang dengan negara air! Persiapkan diri kalian!” ucapnya sesaat setelah menaiki kudanya. Dia berkendara kemudian.
Berita itu kemudian disebarkan, pasar di perbatasan mulai ricuh. Para pedagang dengan lekas membersihkan toko mereka karena sangat yakin perang akan berlangsung di sini.
Aneh karena bukannya kembali, Ergodotis malah meneruskan perjalanannya. Dari kejauhan terlihat dia mengarah ke istana negara air.
Ergodotis sempat ditahan oleh para penjaga namun Evdaimonia yang keluar dari istana memerintahkan agar dilepas sehingga mereka dapat berbicara.
“Bagaimana tanggapan rajamu?” tanya Evdaimonia.
“Dia terlihat sangat tidak menyukainya sehingga ingin mengadakan perang antar kerajaan.”
“Perang? Tidak bisa, kami lebih baik meminta maaf dan mundur daripada–”
“Warga kita di perbatasan sudah berjatuhan, paduka ratu!” ucap seorang warga negara air yang singgah dan hampir terjatuh karena tadinya mengendarai kuda dengan laju.
“Mereka juga sudah membangun benteng di dekat perbatasan!” lanjutnya kemudian pergi. Nampaknya dia salah satu di antara para pejuang yang mempertahankan negara air di perbatasan.
Evdaimonia kemudian memasuki istana dan memasuki sebuah ruangan. Sebuah meja dengan buku tua terletak tepat di tengah ruangan itu, dikelilingi oleh banyak rak berisikan buku lainnya.
Buku tua itu adalah kitab pedoman mereka, Agios. Evdaimonia yakin ada halaman yang mungkin menyatakan sesuatu yang membantu mereka.
Bab Alítheia, pasal kedua berbunyi:
“Ketika dua orang bersaudara berperang, maka Kami akan mengirimkan penengah tanpa identitas untuk membantu pihak yang telah membagikan kebaikan kepada manusia.”
Sang ratu teringat bahwa Kalos suaminya pernah memenjarakan seorang ahli tafsir tepat di bawah istana. Dia membawa kitab itu kemudian. “Hei, kamu. Sekarang negara kita dalam keadaan genting dan aku memerlukan bantuanmu.”
“Tidak mau. Aku sudah nyaman tinggal disini karena semakin mendekatkanku dengan Tuhan.” Dia kemudian memalingkan diri, mungkin karena kekesalannya.
“Jawablah pertanyaan dariku maka kamu akan dibebaskan,” ucap Evdaimonia. “Aku ingin kamu menjelaskan maksud pernyataan dari kitab ini.” Dia menunjukkan kitab itu.
“Dialah yang kita kenal dengan Pria Bertopeng dari Surga. Temukan dia segera, aku yakin Tuhan tidak memerlukan waktu lama untuk mengirimnya.”
“Baiklah, kamu saya bebaskan. Tapi untuk tinggal disini, itu terserah kamu.” Evdaimonia membuka kunci penjara itu. “Dan jika kamu lebih dulu menemukannya, kabari kami.”