Ergodotis kembali ke istana dengan membawa setangkai anggur yang diberikan oleh Evdaimonia.
“Hanya setangkai?” tanya Doulos.
“Bersyukurlah karena aku tidak dibunuh sang ratu.” Ergodotis pergi untuk membuatkan minuman dari anggur itu. Doulos hanya menerima yang sudah jadi, padahal dia bisa saja memakan langsung.
Minuman itu jadi namun warnanya lebih pudar dari biasanya. “Bukankah anggur ini sudah matang?” Ergodotis masih bersangka baik.
Sebelum menyerahkan kepada sang raja, dia membuka surat yang disembunyikannya sebelumnya. Setelah membaca, dia memahami maksud Evdaimonia. Di satu sisi, dia senang dengan kejutan yang diberikan oleh ratu air ini. Di sisi lainnya, dia harus menanggung risiko dimana yang terbesar adalah dibunuh di tempat.
Gelas kristal baru, berisikan anggur diserahkan kepada Doulos. Dia minum dan langsung menyemburkannya tepat ke wajah Ergodotis. “Apaan ini? Asam!”
Anggur itu telah diberi mantra oleh Evdaimonia. Sebenarnya anggur itu belum matang secara sempurna namun mantra menyebabkan penampilannya seperti anggur matang.
Ergodotis menyapu wajahnya yang tersenyum menyeringai kemudian memberikan surat itu setelahnya. Doulos kemudian membacanya. Dia terlihat marah kemudian membakarnya dengan tangan.
“Mahkota itu….” gumam Ergodotis. Dia menyadari dari sana asal kekuatannya. Dia mulai memahami kenapa mantan budaknya ini memilih untuk menjadi raja api.
“Kerahkan pasukan kita! Mereka meminta perang!”