“Tunggu, Doulos?” tanya Evdaimonia yang terlihat mulai marah.
“Apa yang sudah dia lakukan?” tanya Ergodotis balik.
Evdaimonia menjelaskan semuanya. “Bocah bajingan itu sudah membunuh suamiku dan mengancamku agar menjadi ratu padahal semuanya mengetahui peraturan yang tertulis di kitab Agios melarangku. Beruntungnya masyarakatku mendukung.”
“Semenjak dia menjadi raja di negara api, negara lain bersikeras untuk tidak mau berhubungan lagi. Lihatlah siapa yang sekarang membantu kalian? Kami bukan?!” Suara Evdaimonia bernada kencang. Dia benar-benar marah.
Dia mencoba menenangkan diri karena teringat dengan isi kitab Agios. Kitab Agios secara umum berisikan legenda dan peraturan. Negara api dan air menganut kepercayaan dimana harus mematuhi segala peraturan dalam kitab tersebut sehingga sesuatu yang buruk tidak terjadi akibat banyaknya pelanggaran.
“Bagaimana dengan Gynaika?” Maksud Evdaimonia adalah ratu api. Suaranya mulai pelan namun tegas dan dapat didengar.
“Dia dan Kalos suaminya juga dibunuh. Aku merasa ini salahku.” Ucapan Ergodotis cukup mengejutkan Evdaimonia.
“Apa maksudmu dengan hal tersebut?”
“Dulu saat aku menjadi majikannya, dia diperlakukan secara kejam. Menyewakannya kepada dua kerajaan sekaligus demi mendapatkan uang. Sekarang, dia membalasnya dengan menjadikanku pelayan di kerajaan.”
Suara cambukan itu terdengar keras. Doulos hanya bisa merasakannya dengan dirinya bersimpuh tak berdaya. Ergodotis memaksakan kehendaknya berlebihan.
Sampai suatu saat, ide untuk membunuh raja agar dia yang memimpin terlintas di kepalanya. Niat utamanya adalah balas dendam terhadap majikannya.
Nyatanya, dia menyalahgunakan kekuasaannya. Masyarakat negara api yang dipimpinnya tidak terlihat bahagia. Kekecewaan bisa dirasakan oleh mereka.
Raja yang baru, diangan-angan lebih baik ternyata merugikan mereka seluruhnya sedangkan mereka tidak bisa melawan apalagi membangkang.
Tidak jarang masyarakat negara api meminta bantuan kepada negara air. Semua ini karena keputusan Gennaios untuk memperbolehkan hal tersebut terjadi.
Evdaimonia kemudian turun singgasana dan pergi mengambil setangkai anggur yang terlihat matang. Dia kemudian meminta Ergodotis untuk menunggu karena dia menyertakan sepucuk surat tulisannya.
“Serahkan ini kepada “raja”mu! Dia seharusnya menyesal melakukan tindakan sekejam itu.”