arrow_back

Ramadan di Kampung

arrow_forward

Sepekan berlalu.

Telah banyak pengetahuan dan pengalaman yang didapat oleh Rasyid selama dia berada di kampungnya, Desa Cendekiasari. Pembicaraan Rasyid dengan ibunya masih berkesan, tentang bagaimana penduduk kampung menyambut kedatangan bulan mulia. Rasyid mengetahui itu, dan dia berharap agar dapat melihat atau bahkan dapat turut serta dalam kegiatan tersebut.

Pulang ke kampung halaman memang memberi kesan tersendiri bagi Rasyid. Bertemu dengan keluarga, serta teman yang telah lama tidak dijumpa, dengan satu niat baik untuk desa. “Melakukan yang bermanfaat selama dia di sana.”

Tanpa menunggu lama, keinginan Rasyid terwujud. Bermula dengan ajakan dari Fahreza, teman lama Rasyid, untuk membantunya mengajar membaca Al-Qur’an di musala. Dari sana saja, Rasyid sudah dapat membandingkan keadaannya pada masa sekarang dengan masa lalu.

Pada Ramadan ini, sudah terjadi peningkatan terhadap tindakan kebaikan. Hal itu dia terus lakukan, dengan membantu ibunya mempersiapkan jamuan bagi warga untuk berbuka. Namun, pengalaman tersebut juga menambah pengetahuan baru. Temannya Fahreza sudah beristri, namanya Zainab. Ibu Rasyid tentu penasaran dengan nasib percintaan anaknya.

“Aku sudah beritahukan kepada ibu bahwa akan kembali ke perantauan setelah Ramadan usai, bukan? Mungkin saat aku pulang nanti? Aku akan memperkenalkan juga?” Rasyid berjanji kepada ibunya.

Pengetahuan lain didapat Rasyid. Fahreza tidak hanya mengajar cara membaca Al-Qur’an, namun pelajaran umum seperti matematika juga.

Meski Fahreza memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam bidang keagamaan yang lebih dibanding Rasyid, tidak jarang mereka berbicara untuk berbagi pengalaman. Fahreza yang belum pernah merantau, tidak seperti Rasyid yang kuliah di luar, memicu rasa penasaran bagi Fahreza tentang keadaan di sana.

Pada akhirnya, Rasyid mencoba merangkum apa yang telah dia lewati selama di kampung dengan menuliskannya. “Aku berharap bisa melakukan kebaikan terus.” Rasyid berharap.

Komentar