arrow_back

Cantaloupe

arrow_forward

Kilatan cahaya mendadak menampakkan dirinya di hadapan manusia. Cahaya itu tidaklah bersumber dari sang purnama yang menyorot bentala kemudian menyala secara tiba-tiba. Ia bukan pula sinar bintang yang jatuh untuk menenggelamkan diri ke dalam samudera. Langit malam terbilang cerah, dengan awan mendung yang tiada. Maka ia lain juga sebuah petir yang diiringi suara gelegar untuk mengguncang dunia.

“Pintu Ajaib.” Tertulis di atasnya. Warnanya putih, begitu pula gagangnya. Gagang yang berbentuk bulat, tinggal diputar dan didorong maka terbukalah pintu itu untuk menemui sisi sebelahnya. Jantung serasa berdebar pasca kejutan yang tidak disangka sebelumnya. Kian mendekat, adrenalin pun naik sampai terasa di sekujur badan sang manusia. Rambut di tangan seakan siap untuk menghadapi segalanya.

Ke mana ia akan membawa? Tumpukan pasir yang terbentang di Sahara? Atau bebatuan dingin di Antartika? Segala tempat yang menjadi atraksi bagi turis lain yang tidak dapat disebutkan dengan kata-kata.

Atau ia akan mengantarkan dirimu menjelajah waktu? Menuju perang dunia di masa lalu? Atau menceritakan sebuah masa di mana manusia oleh temuannya mereka dibantu.

Sebuah pernyataan terlintas dalam benak. “Bangun dari mimpi, menjadi orang lain atau bahkan kembali menjadi anak-anak.” Akankah pintu ini turut membawa juga?

“Tidak seharusnya di sini.” Perkataan yang akan menjawabnya. Itu yang tertutur apabila pintu terbuka dan menyadari apa yang ditemui di sisi satunya. Itulah yang turut menjadi ucapan tatkala benda aneh ini muncul di hadapan sang manusia.

Pada akhirnya, sebuah pilihan diambil oleh sang manusia. Kembali masa lalu menjadi keputusannya. Rentang waktu menjadi rahasia dirinya untuk sementara, ke mana tujuan pasti akan menjadi sebuah cerita sendiri.

Komentar