arrow_back

Cantaloupe

arrow_forward

Kulit sapi mulus berwarna coklat menjadi sampul tumpukan kertas yang manusia temukan di sisi sebelah dari pintu ajaib penemuannya sebelumnya. Benda itu terletak seorang diri di atas sebuah meja kayu yang usang lagi kakinya keropos. Sungguh tangan sang insan tiada tahan lagi akan menyentuh itu barang untuk membelainya dengan kasih sayang.

“Siapa yang menaruhnya di sini?” Dia bertanya. Sebuah pertanyaan wajar yang dapat dilontarkan oleh siapa saja tatkala memandang serta mendapati barang yang sama di tempat asing bagi semua.

“Mungkin dengan membukanya, aku akan tahu.” Dia juga yang menjawab sendiri. Ya, sendiri. Tempat itu lebih sunyi dibanding sebelumnya. Sebelumnya masih ada makhluk lain yang dapat berinteraksi dengan dirinya. Kini dia tidak mempunyai rekan untuk sesaat.

Rasa rindu perlahan menyala dalam hatinya. Meski jangka waktu yang tidak begitu lama, dia begitu ingin melihat kunang-kunang yang mengarahkan jalannya. Seolah hendak menanyakan sebuah pertanyaan lagi kepada mereka, memohon bimbingan kepada Pencipta mereka.

Buku itu diikat oleh tali kain berwarna kuning, berukuran kecil dengan simpul kupu-kupu. Warnanya tidak selaras dengan sampul, tetapi itulah yang membuat mencolok dan menarik sang manusia untuk membukanya. Tali kuning itu bukanlah penanda buku yang dapat dipindahkan ke mana saja, meski engkau dapat melakukannya. Karena penanda buku sesungguhnya masih ada di dalam sana.

Sang manusia mengetahui hal tersebut tatkala buku telah terbuka. Dia lebih terkejut ketika menyaksikan isinya.

Kini dia tidak lagi bingung akan segalanya. Telah nampak penjelasan tentang bagaimana semua bermula dan bagaimana berakhir di sini. Terlebih, kertas di dalamnya penuh dengan coretan berarti. Ada sebuah kertas yang berwarna merah-hijau-hitam dengan karya yang menyentuh hatinya.

Komentar