arrow_back

Cantaloupe

arrow_forward

Ingatkah diri engkau akan kenangan kelam di masa lalu? Entah berapa kali diri engkau terpeleset saat berjalan, salah meniti langkah sedangkan engkau baru saja mempelajarinya. Apa yang mereka sampaikan kepadamu? Mereka membangkitkan dirimu. Membangunkanmu. “Ayo, coba lagi.” Engkau semangat untuk melangkah lagi. Andai sekali lagi dirimu jatuh, kini air mata tidak akan jatuh dari wajahmu. Engkau tidak akan lagi mengadu. Engkau bisa dengan sendirinya, pada akhirnya. Kamu dan mereka bangga.

Sudahkah engkau mengucapkan rasa syukur kepada mereka? Mereka menghabiskan waktu berharga hanya demi memandang dirimu bisa? Adakah engkau menyesal tidak mendengarkan mereka? Adakah engkau kecewa tidak menghargai mereka?

“Ampuni aku.” Kepada Tuhan engkau meminta. Kepada mereka dirimu memohon. “Aku akan menjadi orang yang lebih baik.” Berharap dengan sungguh bahwa engkau akan mewujudkan ikrar tersebut.

Apa yang mereka inginkan sebenarnya? Mereka menghendaki dirimu lebih baik dari mereka. Meski makhluk tidaklah sempurna. Meski kekhilafan terjadi dengan maklumnya. “Kebahagiaan itu akan engkau temukan dengan sendirinya.” Mereka berdoa. “Semoga engkau bahagia di dunia dan setelahnya,” pungkas mereka.


Sudahkah engkau memahami maksud kertas bertulisan ini? Engkau baru saja membaca dua lembar dari mereka.

Apa yang engkau rasa ketika membacanya? Engkau mengaku dan menyatakan bahwa dirimu tiada cinta. Akankah sebenarnya engkau berdusta?

Sebelum engkau berada di dunia pun, engkau sudah mendapatkannya. Sampai sekarang pun, engkau masih merasakannya.

Engkau masih bernapas dengan lega? Itu buktinya. Kasih dari Sang Pencipta, yang membuat dirimu berada di sini untuk menyaksikan semua.

Aku ingin engkau memperhatikan semua ini. Aku ingin engkau menyadari semua ini. Mereka berkata sesuatu yang sudah pasti. Seberapa lama pun jatah engkau diberikan amanah untuk memanfaatkan segala hela dalam paru-parumu itu.

Komentar