arrow_back

Cantaloupe

arrow_forward

“Tempat ini lagi.” Mimpinya belum berakhir. Padahal baru saja dia keluar dari pintu itu dan menutupnya secara perlahan.

Kini dia menyadari bahwa tulisan Pintu Ajaib telah kembali muncul di papan kayu atas pintu. Sekarang dia pun dengan penuh kepercayaan diri membuka lagi pintu itu, mengharapkan petunjuk lain yang akan mengeluarkan dirinya dari lingkaran mimpi yang sedang menjebak dalam kehanyutan.

Pintu itu tidak lagi bersifat dorong tarik, namun sekarang sudah beralih menjadi geser. Dia menyadari setelah beberapa kali upaya mendorong pintu sebagaimana yang telah dia lakukan sebelumnya. Dia membuka pintu itu dan disambut pemandangan asing lagi aneh.

Pintu itu juga berubah menjadi portal. Dia mencoba untuk memasuki pintu itu tetapi tidak bisa. Dia mengetuk dan merasakan adanya pembatas yang menghalangi antara satu sisi dengan sisi sebelah.

Hanya ada satu pilihan yang tersisa. Mau tidak mau, dia hanya bisa memandang dari tempat sekarang berdiri. Menjadikan isi portal itu sebagai tontonan belaka.

“Ke mana ia akan membawa? Tumpukan pasir yang terbentang di Sahara? Atau bebatuan dingin di Antartika? Segala tempat yang menjadi atraksi bagi turis lain yang tidak dapat disebutkan dengan kata-kata.” Masihkah ingat engkau dengan narasi yang kubawa?

Bebatuan dingin Antartika menjadi pemandangan pertama yang menyambut mata sang manusia di sebelah sana. Salju putih menutupi susunan panorama yang seakan tak berujung. Rasanya, udara dingin berhembus dari sisi sebelah dan menerpa badanmu.

Pemandangan itu memudar. Cahaya putih menghalangi, menjadi transisi. Isi pintu kembali berubah.

Engkau disuguhkan padang rumput yang tidak sama dengan sisi yang engkau injak. Bunga-bunga tumbuh lagi bermekaran di sebelah sana. Rasa hangat mengganti kesejukan dan embusan udara itu.

Kelak hijaunya rumput itu akan berubah menjadi kuning kemudian coklat lagi layu. “Itulah arti yang ingin aku dapat.” Ada awal, ada akhir.

Dia yakin tidak akan terjebak lagi dalam tempat ini. Pada saat itulah dia dapat membuka matanya.

Komentar