arrow_back

Detektif Sekolahan

arrow_forward

Senin, 27 April – Aku diundang untuk menghadiri sidang sebagai saksi dalam putusan tindak pidana yang dilakukan oleh Dimas. Beruntungnya, ada sedikit keringanan untukku karena sidang dilakukan sore hari meskipun pengadilan akan selesai jam kerjanya.

“Hari itu, Ahad tanggal 25 Agustus. Saat itu, aku ingin menutup tirai jendelaku. Namun perhatianku teralihkan oleh Dimas yang berpakaian jas membawa buket bunga mendekat ke tembok besar pembatas ini. Aku heran dan bertanya akan siapa yang dia tunggu di sini. Beberapa menit kemudian, seorang wanita datang. Terjadilah sebuah pembicaraan yang cukup alot dan berubah menjadi perdebatan. Kemudian, Dimas seolah berubah karakter, dia mengeluarkan pedang dari buket bunga yang dia bawa dan menusuk wanita itu serta meninggalkannya begitu saja.” Aku mengulang cerita yang sudah kusampaikan kepada Firdaus sebelumnya kepada jaksa dan hakim.

Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Dimas benar-benar pembunuh dari wanita itu. Aku hanya menduganya mengingat dia bekerja sama dengan Zain dan kemampuannya sebagai seorang ilusionis. Dimas diputuskan menghadapi hukuman 15 tahun penjara.

“Sampaikan kepada Zain bahwa organisasi yang dipegang ayahnya itu akan hancur segera,” ucap Dimas dituntun keluar pengadilan dengan tangan yang diborgol.

Sepulangnya ke rumah, aku tidak sabar untuk memeriksa progres. Aku terkejut sekaligus bingung dengan apa yang kulihat.

Selama ini gambar tersebut selalu berwarna, namun entah kenapa kali ini tidak

Selama ini gambar tersebut selalu berwarna, namun entah kenapa kali ini tidak. “Bagaimana dengan yang dilakukan Okta?” Aku mulai takut Dimas membohongi kami secara telak, apalagi hari itu aku tidak mendengar Okta benar-benar melakukan apa yang Dimas minta.

Aku kemudian memeriksa halaman pengajuan. Tertulis sebuah pemberitahuan bahwa halaman tersebut ditutup selamanya. Seharusnya tidak ada yang bisa mengunggah video hasil rekamannya untuk bergabung dalam permainan.

Untuk hari ini, tanpa meminta hasil sidang lagi karena sudah mengetahuinya, aku memutuskan untuk menyelesaikan rutinitas siangku kemudian pergi menuju rumah Firdaus untuk mendengarkan ceritanya yang mengikuti Okta setelah aku pulang lebih dulu.


“Apakah Okta melakukan apa yang Dimas suruh?” tanyaku kepada Firdaus di ruang tamunya. Aku teringat ketika duduk di sofanya masih dengan baju seragam sekolah ketika dia menyuruhku tinggal sebentar.

“Ya, dia melakukannya.” Firdaus kemudian menceritakan bahwa dia mengikuti Okta yang malah berjalan semakin pelan ketika mendekati rumahnya. Firdaus menganggap bahwa Okta mengalami dilema saat itu.

“Dia membakar semak-semak kering tepat di samping rumahnya dan menempelkan stiker yang diberikan oleh Dimas ke dinding rumahnya.” Singkat cerita, apinya membesar namun tidak sampai membakar seluruh rumahnya. Firdaus yang memang berada di sana, ikut membantu para warga memadamkan api demi melihat stiker tersebut dan ucapan Dimas terbukti bahwa stiker tersebut akan berubah ketika terbakar.

“Lantas apa yang terjadi dengan situs web milik Winter Flowers?” tanyaku. Firdaus kemudian mengambil ponselnya untuk memeriksa situs tersebut dan tampilannya masih sama.

“Menurutku ini terjadi karena sidang terhadap Okta belum dilakukan.” Alasan Firdaus cukup masuk akal. “Berpikir positiflah dahulu. Warnanya beda jauh, itu seharusnya menandakan bahwa dia berhasil.”

Aku terdiam sebentar sampai Firdaus bertanya kenapa. “Aku hanya merasa kasihan kepada Okta. Dia dijanjikan hadiah, namun hadiah itu ternyata dia akan dipenjara.”

“Paling tidak sekarang ada yang peduli dengannya.” Pernyataan Firdaus kali ini membuatku lebih tenang. Aku hanya berharap bahwa ini pertanda Winter Flowers akan ‘layu’.


Kamis, 7 Mei – Akhirnya kami mendapat kabar dari sidang Okta. Okta berhasil membela dirinya dibantu dengan Firdaus sebagai saksi bahwa dia hanya membakar semak-semak di samping rumahnya, tidak ada niat untuk membakar rumahnya. Namun tetap saja, Okta harus menerima hukuman penjara selama lima tahun.

Aku bersama Firdaus sedang berada di ruanganku. Kami akan menyaksikan apa yang akan terjadi dengan situs web milik Winter Flowers ini. “Firdaus, ini adalah saat penentuan.”

“Terima kasih telah bergabung dalam progres. Winter Flowers akan membubarkan diri pada hari Minggu, 17 Mei. Hadiah total satu milyar rupiah tidak dapat disalurkan karena tidak mencukupi persyaratan permainan.” Kami sangat bersyukur atas hal ini namun juga berharap alumni organisasi tersebut tidak akan melakukan kejahatan.

“Jadi, apa yang didapatkan oleh mereka kalau semuanya sudah berakhir?” tanya Firdaus.

“Tidak ada kecuali kekecewaan. Hadiah yang dimaksud Dimas itu adalah penjara. Mereka terlalu mengharap kepada satu hal yang nampaknya mustahil, padahal mereka bisa berusaha dengan cara yang lebih baik dan lebih besar kemungkinannya untuk berhasil.”

Meskipun organisasi Winter Flowers sudah tiada, orang-orang seperti mereka bisa saja ada. Mereka yang mengatasnamakan orang-orang yang bertahan di masa sulit mereka dan menganggap mereka akan mekar sebagai sebuah bunga dengan membalas kesulitan mereka dengan melakukan berbagai kejahatan.

Komentar