arrow_back

Enam Tanda Tanya

arrow_forward

Keluarga Lily terdiri atas empat orang. Nata, Melinda, Heli dan Lily. Mereka sebenarnya keluarga bahagia, sampai Nata bercerai dengan Melinda. Nata lebih dahulu pergi ke Kota Harapan. Heli kemudian mengikutinya sehingga menyisakan Melinda dan Lily di Kota Dingin.

Melinda kemudian mencari pekerjaan untuk membantunya menghidupi diri. Keahliannya dalam merangkai bunga, menjadi kualifikasi untuk bergabung di CV Hamamelis mollis. Mereka mengaku mengumpulkan orang-orang yang telah mengalami masa-masa sulit dan berhasil melewatinya. Dengan perceraian yang baru saja dialami, Melinda merasa bahwa pekerjaan ini cocok dengannya. Sayang, mereka tidak memperbolehkan anak-anak ikut.

Mulai saat itu, Lily dirawat di panti asuhan. Dia ditinggal bersama anak-anak lainnya dan Anto sebagai pengasuh utama, sampai Anto terpaksa harus pergi ke Kota Harapan. Anak-anak di sana menghilang satu per satu, karena diculik oleh Agung untuk dijadikan makanan oleh Koki Dani dan menyisakan Lily seorang. Itu pun karena warga setempat mengurungnya di kurungan bawah tanah bersama kucing putih kesayangan dan tetap memberikan makanan yang layak tanpa sepengetahuan orang banyak.


1 Maret 2020. Winter Garden di Kota Dingin telah selesai pembangunannya. CV Hamamelis mollis telah menjadi sponsor besar sebagai perusahaan yang membantu berdirinya taman itu.

Melinda telah merangkai bunga karena pada hari yang sama, anaknya, Lily berulang tahun yang ke-6. Dia ingin memberikan bunga itu nanti. Temannya, Lia yang merupakan Sekretaris Daerah, kebetulan berhadir pada acara pembukaan taman itu sehingga Melinda menitipkan bunga itu kepadanya dan memintanya untuk memberikannya kepada Lily.

Melinda menjemput Lily di panti asuhan. Kebetulan, hari itu Lily yang baru saja mengetahui cara keluar dari kurungan beberapa hari sebelumnya memilih untuk jalan-jalan ke panti asuhan.

Lama tidak bertemu, Melinda dan Lily berpelukan. “Mana yang lain?” tanya Melinda kepada Lily. Maksudnya adalah teman-teman Lily.

“Mereka pergi.” Sayang, Melinda belum mengerti maksud Lily. Dia mengira hanya pergi biasa, menjauh dari tempat itu.

Tiba-tiba, Nata muncul di hadapan mereka. Melinda langsung kesal hanya dengan melihat wajah Nata. Dia menghalangi penglihatan Lily akan siapa yang datang. Melinda pun membisiki Lily, sepertinya memberitahukannya agar pergi ke Winter Garden.

“Kamu duluan ya. Jangan tengok ke sini!” Melinda menyuruh Lily seakan mengusirnya. Tapi Lily tidak benar-benar pergi. Dia bersembunyi di balik pohon dan mengintip Melinda dan Nata.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Melinda.

“Ke mana Lily mau pergi?” Nata bertanya dengan nada marah.

“Kenapa kau begitu peduli dengannya, sedangkan kau sudah meninggalkannya begitu lama?” Pertanyaan itu juga memancing kemarahan Melinda.

“Dia juga anakku bukan? Kenapa aku tidak boleh melihatnya?”

“Aku yakin tujuanmu sebenarnya bukan itu. Kamu telah lama meninggalkannya dan kembali semudah itu? Apa sebenarnya tujuanmu ke sini?”

“Aku tahu kamu sekarang bekerja di Hamamelis mollis. Siapa tahu, denganmu harga obat yang dijual mereka lebih merah. Tanpa obat itu, aku susah tidur.”

Melinda terkejut. Kemarahannya semakin menjadi-jadi. “Kenapa kamu membeli obat dari sana?”

“Kenapa memangnya?” tanya Nata tidak tahu.

“Terkutuklah kau, Nata.” Melinda menampar wajah Nata dengan keras. Lily yang mengintip, menutup matanya setelah melihat hal itu terjadi.

“Aku bahkan tidak bekerja di Divisi Farmasi karena mengetahui mereka mencampur barang haram di sana atau melebihkan dosis salah satu bahan.” Melinda menepuk bahu Nata dengan keras. “Lihatlah dirimu sekarang, kamu terkena gejala penarikan. Insomnia adalah salah satunya.”

“Tidak mungkin.” Mata Nata membelalak.

Melinda mulai membuktikan. Dia mengambil kantong obat berisikan beberapa pil di dalamnya. Dari warna dan logo, pelanggan setia dapat langsung mengenal siapa produsennya. Tangan Nata mulai meraih kantong itu namun Melinda menariknya.

“Memohonlah padaku.” Tangan kanan Melinda memaksa kepala Nata tunduk.

Nata mulai bersimpuh. Melinda menginjak kepalanya. Tapi tidak lama kemudian, tubuh Nata berguncang keras. Dia terbaring sambil menekuk lutut dekat dengan perutnya. Barang haram itu perlahan mulai merenggut nyawanya. Napas Nata terdengar sesak.

Lily ketakutan melihat hal itu. Dia pun berlari menuju taman yang dimaksud. “Ah, dia melihatnya,” ucap Melinda. Dia terdengar kesal menyadari hal itu.


Lily tiba di taman itu. Setelah menunggu lama, dia malah tersesat. Dia tidak bisa menemukan Melinda. Lily pun bertanya dengan seseorang yang lebih tua darinya karena mengiranya seperti detektif. Tapi Melinda tiba di waktu yang tepat dan memanggilnya.

Melinda terpikir ide jahat karena kekesalannya kepada Lily setelah mengetahui dia mengintip sekaligus menguping pembicaraannya dengan Nata.

Buket bunga yang dia persiapkan bukan biasa. Di dalamnya, terdapat bahan tertentu yang jika diaktifkan dengan bahan lainnya akan menghasilkan sebuah ledakan.

Sebagaimana yang telah dijanjikan, Lia mendekat dengan buket bunga itu setelah Winter Garden dengan resmi dibuka. Saat Lily berada di depan Melinda, Melinda melempar salah satu pil ke dalam buket bunga.

Ledakan pun terjadi, untungnya itu tidak begitu besar. Hanya menyebarkan barang kimia yang melukai siapapun di dekatnya. Tim kesehatan yang menjaga keberlangsungan acara pembukaan itu lekas mengobati Lily, sehingga lukanya tidak begitu parah, meski harus diperban selama beberapa lama.

Setelah penyelidikan di tempat, Melinda dan beberapa anggota Hamamelis mollis yang kebetulan berhadir ditangkap. Lily sudah trauma dengan kehilangan banyak teman di panti asuhan sehingga tidak mau kembali ke sana setelah beberapa lama. Tapi pada akhirnya, dia dapat berdamai dengan dirinya dan tinggal di panti asuhan lagi karena tidak ada siapapun di rumah.

Sekarang, Lily benar-benar malang. Dia kehilangan banyak orang tersayang di usia semuda itu. Terutama keluarganya maupun yang telah mengasuh.

Nata telah dibunuh oleh Melinda. Melinda tidak melakukan apa-apa. Dia hanya membantu agar Nata terbebas dari kecanduan akan obat-obatan yang telah dicampur dengan barang haram. Sayang, gejala penarikan telah mengambil alih dirinya. Tanpa obat itu, dia seakan tidak bisa hidup.

Heli dibunuh Sang Penanya hanya karena menjadi target pertama yang dia buru. Jasadnya pun dibuang begitu saja di hutan. Motif aslinya masih menjadi misteri, tapi Sang Penanya yang telah menyatakan bahwa Heli tidak lebih dari anjing menunjukkan ada hal yang membuatnya melakukan tindakan keji itu.

Lily percaya Anto telah dibunuh oleh Sang Penanya. Anto sudah tidak ada di Kota Harapan saat Lily mencarinya. Sang Penanya mengatakan Anto hanyalah pembuat masalah. Akhirnya, Lily harus pulang.

Melinda juga dibunuh oleh Sang Penanya meski karena ketakutannya sendiri. Ketakutannya yang berlebihan akan kucing dimanfaatkan oleh Sang Penanya. Dengan makanan kucing melumuri telapak kaki, seluruh kaki terus memberontak.

Tersisa Lily. Dia menyaksikan kematian ibunya. Bagaimana pengambilan napas yang menyesakkan itu turut membuatnya menderita. Lily bahkan tidak bisa bicara setelah itu. Sang Penanya menghilang. Dia bahkan tidak menutup permainan yang dilakukannya. Entah bagaimana kehidupan Lily setelah kejadian ini.

Komentar