arrow_back

Ramadan di Kampung

arrow_forward

Sore 5 Ramadan.

Musala Desa Cendekiasari diisi oleh masyarakat yang berkumpul sore itu. Sembari menunggu waktu Magrib tiba, Fahreza memimpin bacaan-bacaan yang diikuti oleh warga. Bacaan-bacaan tersebut diakhiri dengan doa, namun kemudian disambung dengan sepatah kata dari Fahreza selaku pengundang yang bertanggung jawab dengan membukakan puasa warga hari ini.

“Bapak-bapak, Ibu-ibu, Warga Desa Cendekiasari yang saya hormati. Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena masih memberikan kepada kita kesehatan dan kesempatan sehingga kita bisa berkumpul di sini pada sore ini. Kedua, marilah kita juga untuk berselawat kepada Baginda Nabi Muhammad, yang telah menuntun kita dalam ajaran Allah. Ketiga, saya pribadi mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semuanya yang telah berkenan untuk menghadiri undangan saya sehingga kita berbuka bersama.”

“Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bulan Ramadan sering kita sebut sebagai bulan suci. Maka ini adalah waktu yang tepat untuk kita mensucikan hati kita dari segala kesalahan yang pernah kita lakukan sebelumnya. Saatnya kita mengembalikan diri kepada Allah dengan memohon ampun kepada-Nya atas semua kesalahan tersebut, menyesali, serta berjanji tidak akan mengulangi lagi.”

“Kita juga dapat memulai untuk berbuat kebaikan agar dapat menutup dan mengganti kesalahan tersebut, semampunya. Memang, kita tidak bisa menjadi maksum sebagaimana para nabi. Namun tidak ada salahnya untuk kita menjadikan hati kita nirmala. Bebas dari segala noda seperti riya, ujub, sum’ah dan sifat buruk lainnya. Semoga Allah selalu membimbing kita.”

Ceramah tersebut diakhiri dengan Rasyid memukul bedug yang menandai waktu Magrib telah tiba. Fahreza pun memakan kurma dan meminum air di hadapannya kemudian berdiri menghadap kiblat untuk mengumandangkan azan dengan lekas.

Komentar