arrow_back

Ramadan di Kampung

arrow_forward

Pagi 6 Ramadan.

Di Ruang Kepala Sekolah yang diterangi oleh cahaya matahari dari jendela terbuka dengan kehangatan yang terasa, Bapak Ahmad selaku kepala SDN Cendekiasari kembali mengundang Fahreza. Pena di tangan kanan dan secarik kertas di atas meja kaca, Fahreza mencatat secara langsung hal-hal penting yang disampaikan oleh Bapak Ahmad.

Mereka berdiskusi tentang hari kedua pesantren kilat yang akan segera dimulai. Fahreza kembali ditunjuk sebagai penceramah, masih mendapatkan pujian atas penyampaiannya pada hari kemarin.

Sebelumnya, Bapak Ahmad kembali memohon maaf kepada Fahreza atas tindakan anak-anak tadi malam. Namun sekarang, mereka sedang membahas sebuah topik hangat di bulan Ramadan akan diangkat dalam ceramah nantinya.

“Kamu yakin ingin membahas hal tersebut?” tanya Bapak Ahmad meyakinkan.

“Sangat yakin, Pak. Kita harus sesegera mungkin mengajarkan anak-anak tentang pentingnya zakat, sekalipun tanggung jawab belum berada di tangan mereka.”

Bapak Ahmad mengernyitkan dahi. “Tapi apakah siswa SD sudah cukup memahami konsep zakat?”

“Kita bisa memulai dari hal yang sederhana dengan harapan cukup jelas agar dapat dipahami oleh mereka. Sebagai contoh, kita bisa memberitahukan terlebih dahulu bahwa zakat merupakan hal yang wajib. Kemudian dijelaskan lagi bahwa zakat merupakan pemberian sebagian harta untuk membantu orang yang berhak lagi membutuhkan. Kita bisa mengaitkannya dengan tindakan sederhana seperti sedekah terlebih dahulu, semisal membelikan jajan atau buku kepada teman.”

Perencanaan dibuat dengan baik dan betul pada hari itu pula agar segera dapat disampaikan. Baik Fahreza maupun Bapak Ahmad berharap bahwa dengan pengetahuan tentang zakat yang diberikan terlebih dahulu, para siswa akan berbicara dan menceritakan apa yang disampaikan nanti kepada orang tua atau wali masing-masing untuk memotivasi mereka menunaikan zakat.

Komentar