arrow_back

Ramadan di Kampung

arrow_forward

Pagi 7 Ramadan

Cahaya matahari dari timur menyelinap melalui sebuah jendela di dinding, menerangi buku yang sedang dibaca oleh Rasyid selama dia duduk di sudut perpustakaan desa kecil dengan bahan bacaan seadanya. Pasca menonton acara “Kisah Dunia” tadi malam, dia tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang beragam tradisi di negara tercinta, dan menemukan sebuah buku yang dirasa sesuai dengan minatnya.

Bab yang dia baca adalah tentang Padusan, dan sang pengarang dari buku itu tidak berbeda dengan sutradara Kisah Dunia dalam membawakan cerita. Terlintas pula dalam benaknya, sebuah perkiraan bahwa memang pengarang buku tersebut merupakan bagian dari tim penulis yang memproduksi acara. Namun dia tidak berfokus kepada hal tersebut dahulu, dan lanjut membaca.

Cerita dimulai di sebuah desa kecil di Jawa, di mana setiap tahunnya, saat bulan purnama di bulan Sya’ban, seluruh penduduk desa berkumpul untuk melakukan Padusan, tradisi mandi suci di sumber air alami. Rasyid terpesona membaca bagaimana tradisi ini bukan sekadar ritual, tapi juga momen kebersamaan, refleksi diri, dan penghormatan terhadap alam.

Dengan setiap halaman yang dibalik, Rasyid merasa seolah-olah ia tengah berjalan menyusuri jalan setapak desa, mendengar gemericik dari mata air dan duduk di tepinya, dan merasakan semangat masyarakat yang menghangatkan sebagaimana yang dilakukan para leluhur sejak zaman dahulu. Ia menutup buku dengan rasa syukur dan keinginan kuat untuk suatu hari nanti, mengalami sendiri keindahan Padusan di tanah Jawa.

Rasyid menatap halaman buku dengan mata berbinar, lalu berbisik pada dirinya sendiri:

“Ah, Padusan… betapa indahnya tradisi ini. Ini lebih dari sekadar mandi, ini tentang menyatu dengan alam dan menghormati warisan leluhur kita.”

Dia tersenyum, membayangkan dirinya terlibat dalam ritual tersebut, “Suatu hari, aku akan merasakan sendiri keajaiban Padusan. Aku akan berendam di air yang jernih, membiarkan pikiranku tenang dan hatiku bersih.”

Rasyid kemudian menutup buku itu, membawa perasaan damai dan rasa ingin tahu yang lebih besar tentang tradisi-tradisi lain yang belum ia jelajahi.

Komentar